Andai saya bertanya, masyarakat Jepang itu seperti apa? Bayangan yang terlintas di benak anda saat itu pastilah perempuan-perempuan mungil, berkulit putih, rambut hitam dikonde, serta mengenakan kimono beraneka warna. Kenapa kimono identik dengan dengan Jepang? Karena kimono merupakan salah satu aset kebudayaan Jepang. Sama halnya jika saya bertanya, bagaimana orang Papua? Pada detik itu juga akan terimaginasikan oleh anda seorang berkulit gelap menggunakan koteka.
Dari contoh simpel di atas, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa masyarakat dan kebudayaan saling ketergantungan. Dapat dianlogikan bahwa masyarat dan kebudayaan adalah sebuah koin. Setiap sisi koin mempunyai karakternya masing-masing, dan sangat berbeda. Tetapi koin itu tidak akan berharga dan tidak akan ada artinya jika tidak ada sisi yang satu lagi. Barulah mempunyai arti jikalau kedua sisi itu utuh. Different but the same. Masyarakat membutuhkan budaya sebagai identitasnya. Sesuatu yang secara eksplisit dapat membedakan mereka dengan masyakat lainnya. Begitu juga dengan budaya. Budaya membutuhkan suatu masyarakat untuk tetap hidup dan berkembang.
Budaya merupakan sesuatu yang dapat dibanggakan oleh sekelompok masyarakat. Oleh sebab itu budaya dan aset negara hendaknya selalu dijaga dan dilestarikan. Dengan pesatnya perkembangan globalisasi di seluruh dunia, kebudayaan asli suatu daerah terancam punah. Hal ini karena anggapan generasi muda bahwa budaya asli mereka ketinggalan jaman, kolot, tidak keren. Maka haruslah terjadi sosialisasi budaya sejak usia yang dini serta inovasi-inovasi yang dapat mengasimilasikan budaya asli dengan perkembangan jaman. Contoh yang patut diacungi jempol adalah ketika batik milik Indonesia yang model-model bajuanya semula hanya untuk ke undangan saja, sekarang sudah dimoderenisasikan dengan berbagai gaya fashionable. Ini sama sekali tidak menurunkan ‘harga’ batik. Justru dengan menggunakan batik, nasionalisme warga Indonesia semakin terpacu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar